Perahuku adalah kehidupanku. Aku gunakan setiap hari mengarungi lautan kehidupanku. Aku menyadari bahwa tidak selalu lautan teduh, kadang ada angin ribut menyerang. Ada badai yang menggoncang.
Ketika setiap kali aku akan melaut, aku mengingat Dia, Sang Guru Nakhodaku. Aku tidak akan pernah melupakan kisah-kisah ketika bersama Dia. Kisah-kisah itu menjadi pengalaman dan pelajaran yang luar biasa bagiku.
Kisah #1 Menyeberangi Laut
Suatu hari, ketika petang Dia mengajakku ke seberang: "Marilah kita bertolak ke seberang." Dengan sigap aku segera menyiapkan perahuku dan mempersilahkan Dia duduk. Aku segera melepaskan tali pengikat perahu dan mengarahkan perahuku ke laut lepas. Aku ambil kedua dayung, dan mendayung sekuatnya perahuku menuju ke seberang. Aku lirik ke belakang, eh... ternyata Dia sedang tidur! Aku tersenyum dan dalam hati aku berkata aku akan mengantar Dia keseberang dan aku mampu melakukannya sendiri. Ini kan pekerjaanku sehari-hari. Bertahun-tahun aku mengarungi lautan, aku pelaut berpengalaman.
Tiba-tiba angin bertiup kencang dan gelombang ombak meninggi dan menyembur-nyembur. Ada topan!!. Aku berusaha sekuat tenaga mempertahankan perahuku agar tidak terbalik. Air mulai masuk ke perahu dan kakiku mulai merasakannya. Aku coba lirik kebelakang, hah?!... Dia masih tertidur?? Bagaimana bisa Dia tertidur lelap dalam situasi yang demikian berisik dan gaduh?
"Guru, guru bangun! Ada topan?" Dia masih tertidur. Aku mengulangi lagi.
"Guru...kita akan tenggelam!" Dia terbangun.
"Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Dia kemudian berdiri menghardik ke arah laut:
"Diam! Tenanglah!"
Angin reda dan lautpun menjadi teduh sekali.
Kemudian Dia memandang aku. Aku terdiam. Perasaanku bercampur antara takut dan kagum.
"Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
Aku terdiam.
"Siapakah yang menyuruhmu keseberang?" Dia bertanya.
"Engkau Guru.Engkau yang mengatakan kita akan ke seberang."
"Betul. Aku tidak mengatakan menyertaimu hanya sampai ke tengah laut, bukan?."
"Aku tidak mengatakan akan menyertaimu hingga 2014 saja, bukan?. Tapi Aku akan menyertaimu selama-lamanya..."
Kemudian Dia bertanya lagi.
"Siapa yang mengajak engkau ke seberang?"
"Engkau Guru."
"Betul. Tapi engkaulah yang memimpin perjalanan kita, bukan?. Engkau menggunakan segala kekuatan dan pengalamanmu mengarungi lautan. Aku ada didalam perahumu, tapi engkau melupakanKu. Engkau baru mengingat Aku ketika engkau sudah tidak berdaya.
Sumber: Markus 4:35-40
"Diam! Tenanglah!"
Angin reda dan lautpun menjadi teduh sekali.
Kemudian Dia memandang aku. Aku terdiam. Perasaanku bercampur antara takut dan kagum.
"Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
Aku terdiam.
"Siapakah yang menyuruhmu keseberang?" Dia bertanya.
"Engkau Guru.Engkau yang mengatakan kita akan ke seberang."
"Betul. Aku tidak mengatakan menyertaimu hanya sampai ke tengah laut, bukan?."
"Aku tidak mengatakan akan menyertaimu hingga 2014 saja, bukan?. Tapi Aku akan menyertaimu selama-lamanya..."
Kemudian Dia bertanya lagi.
"Siapa yang mengajak engkau ke seberang?"
"Engkau Guru."
"Betul. Tapi engkaulah yang memimpin perjalanan kita, bukan?. Engkau menggunakan segala kekuatan dan pengalamanmu mengarungi lautan. Aku ada didalam perahumu, tapi engkau melupakanKu. Engkau baru mengingat Aku ketika engkau sudah tidak berdaya.
Sumber: Markus 4:35-40
Kisah #2 Perjalanan ke Betsaida
Aku dan Sang Guru Nakhodaku berencana ke Betsaida. Tapi Dia menyuruhku berangkat duluan, sebab Dia ingin ke bukit dekat laut untuk berdoa. Sebetulnya hari sudah malam, laut hanya diterangi oleh bulan dan bintang. Tetapi karena Dia yang menyuruh, maka aku nurut saja menuju ke Betsaida menggunakan perahu.
Tiba-tiba bertiuplah angin sakal, yang menghalau perjalananku. Aku berusaha keras mendayung agar perahuku dapat bergerak maju. Tiupan angin yang keras membuat gelombang ombak makin tinggi. Hal ini makin menyulitkan aku untuk mendayung. Tenagaku semakin terkuras. Aku tidak boleh menyerah, aku harus sampai ke seberang. Tak terasa aku sudah berjam-jam di laut. Ketika aku terfokus kepada perahuku, tiba-tiba aku melihat seseorang berjalan diatas air mendekati perahuku. Aku merinding sangat ketakutan dan berteriak sekuat-kuatnya, "hantuuuuuuuuuuuu...!".
Orang itu berkata: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
Aku mengenal suara itu. Itu adalah suara Guruku. Aku sangat bingung bagaimana mungkin Dia bisa berjalan di atas air. Aku tak percaya. Guruku kemudian masuk ke perahuku, dan seketika itu juga redalah angin ribut itu. Hal ini semakin membingungkanku. Aku berusaha menenangkan hatiku.
"Guru, darimana Engkau tahu aku dalam kesulitan?" tanyaku.
"Aku melihatmu sedang dalam kesulitan mendayung perahumu."
"Mataku tidak pernah lalai memperhatikanmu" kataNya.
"Mengapa Engkau tidak segera menolongku?" tanyaku.
"SaatKu belum tiba. Aku datang selalu tepat waktu."
"Aku tidak pernah terlalu cepat. Dan tidak pernah terlalu lambat"
Akhirnya aku tahu Gurukulah yang membuat angin ribut itu berhenti. Dia ingin aku melakukan tugasku. Diapun melakukan tugasNya.
Sumber: Markus 6:45-51
To God be the glory
Advendy Hasibuan
Tiba-tiba bertiuplah angin sakal, yang menghalau perjalananku. Aku berusaha keras mendayung agar perahuku dapat bergerak maju. Tiupan angin yang keras membuat gelombang ombak makin tinggi. Hal ini makin menyulitkan aku untuk mendayung. Tenagaku semakin terkuras. Aku tidak boleh menyerah, aku harus sampai ke seberang. Tak terasa aku sudah berjam-jam di laut. Ketika aku terfokus kepada perahuku, tiba-tiba aku melihat seseorang berjalan diatas air mendekati perahuku. Aku merinding sangat ketakutan dan berteriak sekuat-kuatnya, "hantuuuuuuuuuuuu...!".
Orang itu berkata: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
Aku mengenal suara itu. Itu adalah suara Guruku. Aku sangat bingung bagaimana mungkin Dia bisa berjalan di atas air. Aku tak percaya. Guruku kemudian masuk ke perahuku, dan seketika itu juga redalah angin ribut itu. Hal ini semakin membingungkanku. Aku berusaha menenangkan hatiku.
"Guru, darimana Engkau tahu aku dalam kesulitan?" tanyaku.
"Aku melihatmu sedang dalam kesulitan mendayung perahumu."
"Mataku tidak pernah lalai memperhatikanmu" kataNya.
"Mengapa Engkau tidak segera menolongku?" tanyaku.
"SaatKu belum tiba. Aku datang selalu tepat waktu."
"Aku tidak pernah terlalu cepat. Dan tidak pernah terlalu lambat"
Akhirnya aku tahu Gurukulah yang membuat angin ribut itu berhenti. Dia ingin aku melakukan tugasku. Diapun melakukan tugasNya.
Sumber: Markus 6:45-51
To God be the glory
Advendy Hasibuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar