Tanggal 9 Juli 2014 adalah hari penyelenggaran pemilu presiden di Indonesia. Menjelang pemilu suhu politik di negeri ini terasa semakin panas. Masyarakat terseret dalam hiruk pikuk mendukung pilihannya, dan membuat perbandingan-perbandingan dengan pesaingnya. Setiap hari kita bisa menyaksikan serangan-serangan melalui media masa, sosial media, dan bahkan selebaran-selebaran gelap. Beberapa kali saya membaca di sosial media postingan yang berisi hujatan dan kutukan yang ditujukan kepada beberapa pemimpin di negeri ini. Kontestasi pilpres memang melibatkan beberapa pemimpin di negeri ini. Pada saat tulisan ini ditulis, seorang anggota timses mengatakan lewat twitternya capres saingannya adalah "sinting". Kemudian dibalas oleh pendukung capres yang dikatakan sinting tadi, dengan demo dan hujatan yang sama. Terlepas dari ada beberapa pemimpin yang tidak bekerja dengan baik untuk rakyatnya, koruptif, diskriminatif, dan melakukankegiatan lainnya yang merusak negeri ini, haruskah kita menghujat para pemimpin negeri ini? Bagaimana Alkitab menyoroti hal ini. Apa kata Tuhan buat kita sebagai rakyat yang dipimpin?
Keberhasilannya mengalahkan Goliat mengantarkan Daud masuk ke lingkungan istana. Tetapi awalnya dia hanya mendapat tugas memainkan kecapi di depan raja dan membawa pedang raja. Daud melakukannya dengan senang hati. Kemudian Daud diberikan tugas mempimpin pasukan untuk berperang melawan musuh-musuh Israel. Segala pertempuran selalu dimenangkan Daud, sehingga perempuan-perempuan Israel memujinya dengan berkata "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." (1 Samuel 18:7). Sejak mendengar perkataan perempuan-perempuan itu Saul menjadi sangat mendengki kepada Daud. Berkali-kali Saul melemparkankan tombaknya kepada Daud untuk membunuhnya. Saul kemudian memutasi Daud ke pekerjaan yang lebih berat, yaitu memimpin pasukan seribu dengan musuh yang lebih berat, dengan tujuan agar Daud mati di medan pertempuran. Daud tidak mengeluh dan protes kepada Saul, walaupun dia tahu sebetulnya dialah raja yang sah saat itu. Sebaliknya Daud terus memenangkan pertempuran melawan musuh Israel. Nama Daud semakin harum. Saul semakin tidak suka pada Daud dan memutuskan untuk membunuh Daud. Daud kemudian lari dari istana.
Saul terus mengejar Daud untuk membunuhnya. Dalam pelariannya, Daud mendapat kesempatan dua kali untuk membunuh Saul. Dia sebetulnya memiliki alasan yang kuat untuk membunuh Saul. Bukankan Daud raja yang telah dipilih Tuhan untuk mengganti Saul? Bukankah Saul ingin membunuhnya? Bukankah Saul telah mengingkari janji memberikan putrinya kepada Daud? Bukankah Daud menjadi stres karena perlakuan Saul seperti membunuh para imam gara-gara Daud? Tapi Daud tidak melakukannya, walaupun anak buahnya mendukungnya untuk membunuhnya.
Pada kesempatan pertama ketika Daud bersama pasukannya mendapati Saul sedang buang hajat di gua gunung Kambing Huta. (1 Samuel 24:4-8). Perhatikan dialog mereka berikut ini:
Pada kesempatan kedua di bukit Hakhila, Daud menemukan Saul sedang tertidur. Abisai, orangnya Daud, meminta ijin kepada Daud untuk membunuhnya. Tetapi Daud melarangnya. (1 Samuel 26:8-9)
A. Bagaimana menyikapi pemimpin menurut firman Tuhan?
Dengan background kepemimpinan Musa ketika memimpin umat Israel keluar dari Mesir, Tuhan membuat berbagai peraturan di Keluaran 22:28 diantaranya "Janganlah engkau mengutuki Tuhan dan janganlah engkau menyumpahi seorang pemuka di tengah-tengah bangsamu." Musa adalah wakil Tuhan bagi umat Israel, oleh karena itu kedudukannya harus dihormati dan dipercaya oleh umat Israel. Jika tidak, maka rencana Tuhan tidak akan berhasil. Jadi kalau kita tidak bisa berbuat banyak untuk merubah pemimpin kita, paling tidak kita tidak mengutuk dan menyumpahi pemimpin kita. Sebab itu perintah firman Tuhan. Lebih baik mengeluarkan kritikan yang konstruktif. Atau mari kita lebih banyak mendoakan dan memberkati mereka. Tuhan mengingatkan kita berhati-hati dengan perkataan kita "Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka." (Yakobus 3:6)B. Pelajaran dari sikap Daud kepada Saul.
Tuhan kecewa dengan Saul, karena tidak menuruti perintah Tuhan. Tuhan memerintahkan nabi Samuel untuk menyiapkan pengganti Saul sebagai raja Israel. Tuhan telah memilih satu dari antara anak Isai, yaitu Daud. Kemudian Samuel mengurapi Daud sebagai raja baru Israel.. Artinya Daud secara dejure (hukum) telah menjadi raja Israel, tetapi secara defacto (fakta) belum menjadi raja karena Saul masih hidup dan berkuasa. Sedangkan Daud masih menggembalakan kambing dan dombanya.Keberhasilannya mengalahkan Goliat mengantarkan Daud masuk ke lingkungan istana. Tetapi awalnya dia hanya mendapat tugas memainkan kecapi di depan raja dan membawa pedang raja. Daud melakukannya dengan senang hati. Kemudian Daud diberikan tugas mempimpin pasukan untuk berperang melawan musuh-musuh Israel. Segala pertempuran selalu dimenangkan Daud, sehingga perempuan-perempuan Israel memujinya dengan berkata "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." (1 Samuel 18:7). Sejak mendengar perkataan perempuan-perempuan itu Saul menjadi sangat mendengki kepada Daud. Berkali-kali Saul melemparkankan tombaknya kepada Daud untuk membunuhnya. Saul kemudian memutasi Daud ke pekerjaan yang lebih berat, yaitu memimpin pasukan seribu dengan musuh yang lebih berat, dengan tujuan agar Daud mati di medan pertempuran. Daud tidak mengeluh dan protes kepada Saul, walaupun dia tahu sebetulnya dialah raja yang sah saat itu. Sebaliknya Daud terus memenangkan pertempuran melawan musuh Israel. Nama Daud semakin harum. Saul semakin tidak suka pada Daud dan memutuskan untuk membunuh Daud. Daud kemudian lari dari istana.
Saul terus mengejar Daud untuk membunuhnya. Dalam pelariannya, Daud mendapat kesempatan dua kali untuk membunuh Saul. Dia sebetulnya memiliki alasan yang kuat untuk membunuh Saul. Bukankan Daud raja yang telah dipilih Tuhan untuk mengganti Saul? Bukankah Saul ingin membunuhnya? Bukankah Saul telah mengingkari janji memberikan putrinya kepada Daud? Bukankah Daud menjadi stres karena perlakuan Saul seperti membunuh para imam gara-gara Daud? Tapi Daud tidak melakukannya, walaupun anak buahnya mendukungnya untuk membunuhnya.
Pada kesempatan pertama ketika Daud bersama pasukannya mendapati Saul sedang buang hajat di gua gunung Kambing Huta. (1 Samuel 24:4-8). Perhatikan dialog mereka berikut ini:
- 24:4 (24-5) Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: "Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam.
- 24:5 (24-6) Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul;
- 24:6 (24-7) lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: "Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN."
- 24:7 (24-8) Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul. Sementara itu Saul telah bangun meninggalkan gua itu hendak melanjutkan perjalanannya.
- 24:8 (24-9) Kemudian bangunlah Daud, ia keluar dari dalam gua itu dan berseru kepada Saul dari belakang, katanya: "Tuanku raja!" Saul menoleh ke belakang, lalu Daud berlutut dengan mukanya ke tanah dan sujud menyembah.
Pada kesempatan kedua di bukit Hakhila, Daud menemukan Saul sedang tertidur. Abisai, orangnya Daud, meminta ijin kepada Daud untuk membunuhnya. Tetapi Daud melarangnya. (1 Samuel 26:8-9)
- 26:8 Lalu berkatalah Abisai kepada Daud: "Pada hari ini Tuhan telah menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, oleh sebab itu izinkanlah kiranya aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini, dengan satu tikaman saja, tidak usah dia kutancapkan dua kali."
- 26:9 Tetapi kata Daud kepada Abisai: "Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi TUHAN, dan bebas dari hukuman?"
Saudara yang dikasihi Kristus, cara dunia berbeda dengan cara Tuhan. Marilah kita lebih banyak mendoakan dan memberkati pemimpin kita. Sekalipun pemimpin kita tidak memperlakukan kita dengan baik Tuhan berkata "dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat" (1 Petrus 3:9). Selamat memilih presiden baru. Siapapun yang terpilih, itu terjadi atas seijin Tuhan.
To God be The Glory
Advendy Hasibuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar