Beberapa waktu lalu, saya membaca tulisan seorang teman di salah satu sosial media, bunyinya seperti ini :
"Mendadak kambuh sakit mataku yang sebelah kanan. Manakah yang harus aku lakukan: menengking si iblis, ataukah meneteskan obat mata yang memang sudah tersedia disamping kananku?"
Pertanyaannya cukup menjebak juga. Ada beberapa teman yang menolong menjawab, dari jawaban yang sangat rohani hingga jawaban yang sangat praktis. Ada yang mengatakan berdoa, ada yang mengatakan teteskan obat mata, dan ada juga yang mengatakan berdoa dan teteskan air mata.
Saudara yang dikasihi Tuhan, pertanyaan yang dilontarkan teman saya diatas sebetulnya pertanyaan yang sering kita lontarkan juga bukan? Kita ingin membuat keputusan yang tepat diantara beberapa pilihan tindakan. Orang yang menjawab secara rohani menganggap bahwa Tuhan adalah prioritas utama dalam penyelesaian masalah hidupnya. Mereka menganggap sebelum bertindak harus tanya Tuhan dulu. Mereka menganggap bahwa hanya Tuhanlah yang dapat menolong penyakitnya. Mereka menganggap penyakit selalu datang dari iblis, sehingga iblis selalu menjadi sasaran kesalahan (iblis mungkin kesal juga dituduh seperti itu...he he he). Saya tidak menyalahkan sikap seperti itu. Saya ingin menjelaskan perspektif yang lain. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa Tuhan telah mencipta manusia sedemikian sempurna, termasuk membuat otak manusia yang sangat hebat. Ketika manusia ditempatkan di bumi, dimana iblis telah berada disana sebelum manusia, Tuhan tahu bahwa manusia sanggup mengatasi iblis. Demikian pula terhadap pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Kemampuan manusia memang luar biasa, Tuhan melengkapinya dengan sempurna sehingga kita mampu membuat keputusan bagi diri kita. Kalau begitu apakah kita masih memerlukan Tuhan? Tentu. Kita masih membutuhkan Tuhan dalam menyelesaikan masalah kita. Tetapi Tuhan memberikan otoritas bagi manusia untuk menyelesaikan masalahnya juga.
Mari kita ambil kisah Daud untuk membahas masalah ini. Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag, sehingga kota terbakar habis dan orang-orang yang ada disana ditawan orang Amalek, termasuk anak dan istri pengikutnya serta dua istri Daud ikut ditawan yaitu Ahinoam dan Abigail (1 Samuel 30). Daud dan rakyatnya bersama-sama menangis karena peristiwa ini. Bahkan Daud hendak dilempari oleh rakyatnya sendiri karena kepedihan ini. Beban Daud bertambah berat, sehingga ayat 6 berkata "Dan Daud sangat terjepit ..."
Perhatikan baik-baik apa yang dilakukan Daud selanjutnya. Daud ingin bertanya dulu kepada Tuhan sebelum dia bertindak. Daud memerintah Abyatar untuk mengambil efod (efod adalah baju imam yang di dadanya ditaruh batu-batu Urim dan Tumim. Jika raja dan hamba Tuhan ingin bertanya kepada Tuhan, maka efodlah yang menjadi media untuk menjawab pertanyaan itu, lewat berubahnya warna batu Urim dan Tumim tersebut). Daud bertanya kepada Tuhan (ayat 8): "Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?"
Pada masa itu memang Daud dapat berbicara langsung kepada Tuhan dan ada sarana dan prosedurnya. Tapi apakah Daud selalu bertanya kepada Tuhan? Ketika Daud melawan Goliat, Daud tidak bertanya kepada Tuhan. Tetapi mata rohaninya (imannya) menguatkankan dia, bahwa hanya Tuhanlah yang akan berperang melawan Goliat (lewat Daud tentunya). Daud akhirnya mampu mengalahkan Goliat dan memenggal kepalanya. Nah disaat berbeda, ketika dua istrinya ditawan, anak dan istri rakyatnya juga ikut ditawan. Sehingga rakyatnya menuntut pembelaan dari Daud, bahkan hendak melemparinya dengan batu. Daud tidak segera bertindak mengejar orang Amalek!! Daud malah bertanya kepada Tuhan, dan tentu saja Tuhan menjawab (ayat 8b): "Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan" Saya mau ganti dengan kalimat yang lebih lugas "Kamu memang harus mengejarnya Daud, karena kamu punya kemampuan untuk membawa kembali istrimu dan anak dan istri rakyatmu".
Di masa sekarang saudara dan saya tidak dapat berbicara langsung dengan Tuhan. Itu bukan berarti saudara tidak dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Tuhan telah membuat sistem komunikasi yang luas dan tak terbatas dengan manusia. Tuhan telah mengijinkan RohNya ada bersama saudara. Tuhan dapat menyampaikan pesannya lewat macam-macam cara, lewat firmanNya, lewat hamba Tuhan, lewat orang lain, lewat situasi, lewat kata hati saudara, dan lain-lain.
Ada kalanya saudara harus buat keputusan cepat untuk bertidak cepat. Saudara tidak selalu harus bertanya "apa yang harus aku lakukan Tuhan?". Saudara bisa berkata "dalam nama Tuhan Yesus aku teteskan obat mata ini".
Dalam bagian akhir film Pursuit of Happiness (dibintangi Will Smith) ada dialog yang menarik buat saya, berikut dialognya: "Ada seorang yang sedang terdampar di tengah laut dalam dan berteriak-teriak minta tolong kepada Tuhan. Tuhan Tuhan tolong saya supaya saya tidak tenggelam. Tiba-tiba melintas di samping orang itu sepotong papan. Tetapi orang itu terus berdoa minta tolong kepada Tuhan. Di surga Tuhan berkata, bukankah Aku telah menjawab doa orang itu dengan mengirim papan itu kepadaNya? Bukankah dia harus segera meraih papan itu dan berenang supaya selamat...?"
Jadilah bijaksana, jangan putus komunikasi dengan Tuhan, tapi saudara juga harus menggunakan otak saudara. Saudara perlu mengingat pesan Musa "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" (Mazmur 90:12). Saudara harus mengasah kemampuan saudara, jangan berhenti belajar. Mari bekerjasama dengan Tuhan.
Dalam bagian akhir film Pursuit of Happiness (dibintangi Will Smith) ada dialog yang menarik buat saya, berikut dialognya: "Ada seorang yang sedang terdampar di tengah laut dalam dan berteriak-teriak minta tolong kepada Tuhan. Tuhan Tuhan tolong saya supaya saya tidak tenggelam. Tiba-tiba melintas di samping orang itu sepotong papan. Tetapi orang itu terus berdoa minta tolong kepada Tuhan. Di surga Tuhan berkata, bukankah Aku telah menjawab doa orang itu dengan mengirim papan itu kepadaNya? Bukankah dia harus segera meraih papan itu dan berenang supaya selamat...?"
Jadilah bijaksana, jangan putus komunikasi dengan Tuhan, tapi saudara juga harus menggunakan otak saudara. Saudara perlu mengingat pesan Musa "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" (Mazmur 90:12). Saudara harus mengasah kemampuan saudara, jangan berhenti belajar. Mari bekerjasama dengan Tuhan.
To God be the glory,
Advendy Hasibuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar