Sabtu, 30 Agustus 2014

Belajar Kegagalan Raja ASA

PENGANTAR
  Belajar dari kegagalan seseorang memberikan manfaat antara lain:
  - Menghindari kegagalan yang sama terjadi pada kehidupan kita.
  - Digunakan sebagai alat untuk bertumbuh lebih baik menuju arah kesempurnaan.
   





Ada yang mengatakan bahwa hidup itu (dalam konteks kesuksesan) tidak selalu berada diatas, ada saatnya berada dibawah. Tetapi sejatinya tidak ada orang yang mau gagal bukan? Secara pribadi sayapun tak suka kegagalan. Oleh karena itu saya suka dengan ayat yang menjanjikan "apa saja yang diperbuatnya berhasil!" (Mazmur 1:3) Jika kesuksesan dan kegagalan kita jadikan sama saja jenisnya, yang kita sebut sebagai tantangan, maka seharusnya kesuksesan dan kegagalan adalah sesuatu yang harus kita hadapi bukan? Sebab kesuksesan dan kegagalan memiliki peluang sama yaitu 50%. Mari kita belajar pada Raja Asa. Pada kehidupan Raja Asa kita dapat mempelajari kedua-duanya, kesuksesan dan kegagalan.


Siapa Raja Asa?

Raja Asa adalah raja di kerajaan Yehuda. Setelah Raja Salomo jatuh, kerajaan Israel pada masa itu terbagi dua, yaitu kerajaan Israel bagian utara (yang disebut kerajaan Israel) dan kerajaan Israel bagian selatan (yang disebut kerajaan Yehuda). Suku-suku yang mendiami kerajaan Israel berjumlah 10 suku seperti Ruben, Simeon, Dan, Gat dll, sedangkan kerajaan Yehuda didiami oleh suku Yehuda dan Benyamin. Berbeda dengan kerajaan Yehuda yang menyembah kepada Yahwe, Tuhan umat Israel, kerajaan Israel (Utara) menyembah dewa-dewa. Menurut 2 Tawarikh 14:2 "Asa melakukan apa yang baik dan yang benar di mata YAHWE, Tuhannya." (saya pakai terjemahan aslinya). Apa saja yang dilakukan Raja Asa sehingga ia dikatakan melakukan hal-hal yang baik dan benar dimata Tuhan?

Hal baik dan benar yang dilakukan Raja Asa  

Raja Asa telah melakukan hal-hal yang baik dan benar di
mata Tuhan, seperti yang dicatat oleh 2 Tawarikh 14:

  1. Menjauhkan dan menghancurkan berhala (14:3).
  2. Memerintahkan rakyat Yehuda untuk mencari TUHAN dan mematuhi hukum dan perintahNya (14:4).
  3. Menjauhkan berhala di semua kota Yehuda (14:5).
  4. Bersandar kepada TUHAN (14:11).

Apa dampaknya bagi kerajaan Yehuda? Ketika Yehuda diserang tentara kerajaan Etiopia yang berjumlah satu juta tentara. Raja Asa tidak gentar dan mundur walaupun jumlah tentaranya hanya 500 ribu orang. Raja Asa maju menghadapi musuh (ayat 10). Asa kemudian berseru kepada TUHAN: "Ya TUHAN selain dari pada Engkau, tidak ada yang dapat menolong yang lemah terhadap yang kuat. Tolonglah kami ya YAHWE Tuhan kami, karena kepada-Mulah kami bersandar dan dengan nama-Mu (nama Tuhannya Israel adalah YAHWE) kami maju melawan pasukan yang besar jumlahnya ini. Ya YAHWE, Engkau Tuhan kami, jangan biarkan seorang manusia mempunyai kekuatan untuk melawan Engkau (ayat 11).

Raja Asa menyerahkan masalahnya kepada Tuhan. Walaupun diatas kertas kekuatan kita tidak mampu mengalahkan masalah, jangan lupa Tuhan pencipta langit dan bumi akan memampukan kita keluar sebagai pemenang. Apapun masalah saudara Tuhan Yesus tetap sama, Dia siap menolong saudara. 2 Tawarikh 14:12-13 menyebutkan kemenangannya sebagai berikut:

14:12 Dan TUHAN memukul kalah orang-orang Etiopia itu di hadapan Asa dan Yehuda. Orang-orang Etiopia itu lari, 

14:13 lalu dikejar oleh Asa dan laskarnya sampai ke Gerar. Dari orang-orang Etiopia itu amat banyak yang tewas, sehingga tidak ada yang tinggal hidup, karena mereka hancur di hadapan TUHAN dan tentaranya. Orang-orang Yehuda memperoleh jarahan yang sangat besar.


Pembaharuan oleh Raja Asa 

Setelah mememenangkan peperangan melawan Etiopia, Raja Asa melakukan berbagai pembaharuan di kerajaannya, yaitu:

  1. Mempersembahkan korban kepada TUHAN sebanyak: 700 lembu-sapi dan 7000 kambing-domba (15:11)
  2. Memuat perjanjian agar mencari TUHAN dengan segenap hati dan jiwa. Yang tidak mencari TUHAN akan dihukum mati (15:12-13)
  3. Membuat sumpah setia kepada TUHAN (15:14)
  4. Memecat Maakha, neneknya, dari jabatan ibu suri karena neneknya membuat patung Asyera (15:16)
Apa yang dilakukan Raja Asa sungguh luar biasa. Dia dan rakyatnya menyembah Tuhan yang sama, dan membuat perjanjian untuk setia kepada Tuhan. Kerajaannya aman selama 30 tahun. Lantas mengapa Raja Asa bisa gagal? 


Kegagalan Raja Asa

Konflik internal seharusnya diselesaikan secara internal, karena lebih terbuka dan tuntas penyelesaiannya. Jika berhasil diselesaikan, bukan tidak mungkin hubungan akan semakin lebih baik. Hal ini tidak terjadi pada Raja Asa, dia memanfaatkan pihak ketiga (eksternal) untuk menyelesaikan masalahnya dengan saudaranya. Kita ketahui bahwa kerajaan Israel (Israel bagian utara) bermusuhan dengan saudara senenek moyangnya, kerajaan Yehuda (Israel bagian selatan). Ketika Raja Asa mendengar Raja Baesa dari kerajaan Israel ingin menyerang Yehuda, Raja Asa membayar raja Aram, yaitu Raja Benhadad, dengan emas dan perak untuk memukul mundur prajurit Israel yang mencoba memperkuat daerah Rama (daerah yang dimanfaatkan Yehuda untuk keluar masuk). Benhadad  berhasil memukul mundur prajurit Israel dan meninggalkan Rama. Tapi rupanya Raja Asa tidak puas sampai disitu, dia kemudian mengerahkan segenap orang Yehuda untuk mengangkat kayu dan batu yang digunakan Baesa untuk memperkuat Rama. Saudara, pembalasan sakit hati kepada saudara sendiri kadang lebih sadis dilakukan dibanding kepada orang lain. Ini jelas tidak disukai oleh Tuhan. Tuhan mengirim Hanani, seorang pelihat, untuk menegur Raja Asa dengan berkata: "Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar kepada YAHWE Tuhanmu, ... Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan." (16:7-9).

Raja Asa tidak terima ditegur oleh hamba Tuhan itu, dia marah dan memenjarakan Hanani. Raja Asa bahkan menganiaya rakyat yang tidak jelas salahnya apa. Hati-hati dengan kemarahanmu karena dapat berubah menjadi dosa. Dosa jika tidak diselesaikan dengan cepat, maka akan melahirkan dosa baru.


Akhir hidup Asa

Akhir hidup Raja Asa sangat dramatis. Kondisi imannya terus merosot hingga akhir hidupnya. Ketika Tuhan mengijinkan kakinya sakit, dia tidak mencari Tuhan untuk memohon kesembuhan kakinya. Dulu Asa selalu bersandar kepada Tuhan jika menghadapi masalah. Dia bahkan memaksa rakyatnya untuk mencari Tuhan. Sebaliknya Asa mencari tabib-tabib untuk kesembuhannya. "Pada tahun ketiga puluh sembilan pemerintahannya Asa menderita sakit pada kakinya yang kemudian menjadi semakin parah. Namun dalam kesakitannya itu ia tidak mencari pertolongan TUHAN, tetapi pertolongan tabib-tabib." (16:12) Raja Asa kemudian mati dan dikuburkan di kota Daud.

Hati-hati dengan konflik internal. Beranilah menyelesaikannya dengan benar.



To God be The Glory

Advendy Hasibuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar