Senin, 13 Oktober 2014

Hadapi masalah, naikkan levelmu !!


Ketika menghadapi masalah, ada bermacam-macam reaksi yang timbul dari seseorang. Reaksi ini sering kali akan menentukan seperti apa akhirnya penyelesaian masalah. Reaksi terhadap masalah dipengaruhi oleh berbagai hal mulai dari cara berpikir (mind set) hingga kebiasaan-kebiasaan yang terekspresi tanpa disadari. Seorang teman memiliki kebiasaan mengeluarkan kata-kata negatif ketika menghadapi masalah misalnya: "mati aku!", atau "aku tak mampu", atau "mana mungkin sembuh!". Padahal apa yang dikatakannya atau apa yang dipikirkannya belum tentu terjadi seperti itu. Tuhan Yesus mengingatkan hal ini dengan mengatakan "Jadilah kepadamu, menurut imanmu" (Matius 9:29)


Jadi apa yang kita pikirkan dan perkatakan dapat menentukan masa depan kita. Paulus telah mengingatkan kita tentang pikiran dan perkataan: "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" (Filipi 4:8)"Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka" (Yakobus 3:6). Pikiran dan perkataan adalah faktor dominan yang mempengaruhi reaksi atau sikap awal kita ketika menerima masalah. Jika sikap awal kita telah lebih dahulu kalah, maka kita akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Berputar-putar tidak fokus atau akan menghabiskan tenaga, waktu dan biaya. Atau bahkan kita akan kalah sebelum bertanding. Jadi sikap awal sangat penting untuk melanjutkan langkah penyelesaian berikutnya.

Respon awal Daud: Menangis..?!

Respon Daud ketika menghadapi masalah berat sama seperti kita umumnya yaitu menangis. Ketika Daud beserta orang-orangnya sampai di Ziklag, mereka terkejut karena orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag, dan orang Amalek membakar habis kota Ziklag serta menawan anak-anak dan istri mereka. Termasuk dua istri Daud yaitu Ahinoam dan Abigail. Apa reaksi awal Daud? Daud menangis!! 1 Samuel 30:4 "Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis." Saudara, ada banyak orang merespon masalahnya dengan menangis. Walaupun ada banyak orang yang tidak bisa menangis. Daud menangis, meratap hingga tidak kuat lagi menangis (sampai air matanya habis?). Apa yang terjadi setelah mereka menangis? Apakah anak istri yang ditawan musuh dikembalikan? No! Dalam kisah ini menangis justru menimbulkan kemarahan atau emosi orang-orangnya Daud. Mereka menyalahkan Daud dan hendak melempari Daud, sebab hati mereka sangat pedih. Daud merasa sangat terjepit. 1 Samuel 30:6 "Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan." Menangis dan saling menyalahkan adalah salah satu yang kerab terjadi pada seseorang yang tertimpa masalah. Menangis dan saling menyalahkan contoh tepat bagaimana pikiran dan perkataan bekerja sama. Menangis dan saling menyalahkan tidak akan menguatkan iman saudara, tetapi sebaliknya justru akan melemahkan iman saudara! Jadi kita harus menjaga pikiran dan perkataan kita untuk menyiapkan sikap atau respon awal ketikan menghadapi masalah.


Daud menaikkan level

Daud menyadari kesalahannya dan kemudian mengambil sikap atau langkah yang benar. 1 Samuel 30:6b menyebutkan: "Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN (YAHWE), Elohimnya (Tuhannya)." Dalam teks Inggrisnya: "but David encouraged himself in the LORD his God" (KJV) atau "But David encouraged and strengthened himself in the Lord his God." (Amplified Bible). Saya mencoba menganalisis mengapa Daud dapat segera mengubah sikapnya itu. 


Pertarungan Daud vs Goliat

Saya percaya bahwa pengalaman masa lalu Daud telah membentuknya menjadi pribadi yang matang. Walaupun suatu saat bisa jatuh dan lemah karena situasi yang sangat menekan. Daud adalah potret diri kita. Iman kita dapat begitu kuat dan bergelora (on fire), khususnya ketika kita baru menerima pencerahan firman Tuhan dan tidak ada masalah. Tetapi iman kita dapat ambruk dan terjun bebas, ketika dihajar bertubi-tubi oleh berbagai-bagai masalah. Mari kita putar ulang kisah pertempuran Daud melawan Goliat. 

Daud bukan lawan seimbang Goliat. Daud seharusnya tampil sebagaimana prajurit, berbadan tinggi besar dan dilengkapi persenjataan lengkap (pedang-tombak-lembing). Itu yang diharapkan Goliat ketika dia menantang duel satu lawan satu dengan barisan Israel. Ketika Goliat melihat Daud, Goliat melontarkan kata-kata yang merendahkan atau menghina Daud "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?" "Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang." (1 Samuel 17:44-45). Daud memang bukan prajurit, dia hanya seorang gembala yang miskin (kambing dombanya cuma tiga ekor). Dia tidak pernah melihat senjata militer apalagi memilikinya. Tetapi di mata Daud itu bukan masalah. Daud sama sekali tidak fokus kepada kelengkapan senjata, jadi dia tidak melayani perkataan Goliat (yang tentu saja melemahkan Daud). Dia justru menutupi kekurangan dan kelemahannya dengan melihat (dengan mata rohani) kekuatan TUHAN. Dia percaya TUHAN yang sama, yang telah membantunya mengalahkan beruang dan singa, akan menolongnya. Dimata Daud, Goliat dan beruang dan singa sama saja. Daud menaikkan level kepercayaannya dan dengan mantap dia berkata kepada Goliat "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Tuhan segala barisan Israel yang kautantang itu." "Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau..." (1 Samuel 17:45-46). Sudahkah Daud mengalahkan Goliat? Sudahkah Daud menyelesaikan masalahnya? Belum! Daud masih harus berjuang melawan Goliat. Tetapi Daud sudah menang sebelum bertanding. 

Mari kembali ke kisah Daud di Ziklag. 
Daud segera memerintahkan imam Abyatar untuk mengambil efod. Efod pada masa itu digunakan imam dan raja untuk bertanya kepada TUHAN. Daud bertanya kepada TUHAN "Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Dan Ia berfirman kepadanya: "Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan." (1 Samuel 30:8). Akhirnya Daud mampu mengalahkan orang Amalek (1 Samuel 30:17) "Dan pada keesokan harinya Daud menghancurkan mereka dari pagi-pagi buta sampai matahari terbenam; tidak ada seorangpun dari mereka yang lolos,..." 

Respon saudara terhadap masalah bergantung kepada pilihan saudara. Saudara bisa memilih sikap yang melemahkan saudara atau saudara memilih sikap yang membuat saudara kuat. Sikap saudara menentukan hasil akhir. Firman Tuhan adalah sumber kekuatan kita. JanjiNya memberi kita harapan. Tuhan sudah berjanji bahwa kita lebih dari pemenang. Oleh karena itu jangan bermental seorang pecundang (the looser). Be a conqueror, more than a conqueror...!



To God be the glory,

Advendy Hasibuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar