Berbahagia ketika jatuh dalam berbagai pencobaan (masalah)? Apa nggak salah? Umumnya orang yang jatuh dalam berbagai masalah cenderung muram hati, sedih, kecewa, marah dan sikap anti-sukacita lainnya. Yakobus tidak keliru, justru dia sudah menyadari sejak awal bahwa jika seorang yang jatuh dalam berbagai masalah berpotensi kehilangan sukacita. Jika seseorang kehilangan sukacita maka dia akan kehilangan hikmat. Oleh karena itu Yakobus meminta saudara untuk melawan dengan sikap yang berbeda yaitu "berbahagialah" atau "bersukacitalah".
Sebelum lebih lanjut mempelajari hal ini mari kita lihat ayatnya yaitu Yakobus 1:2-4:
"(2)Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (3)sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. (4)Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."
Beberapa ayat di Alkitab memerintahkan kita untuk bersikap paradoks. Mampu berada dalam dua sisi. Sulit memang. Tetapi tidak mungkin Tuhan memerintahkan sesuatu kepada kita, kalau kita tidak sanggup melakukannya bukan?
"Anggaplah sebagai suatu kebahagian" bukan berarti kita bersenang-senang dalam penderitaan kita. Pasti kita akan dikatakan orang gila! Ini adalah suatu sikap dan cara berpikir yang menyadari bahwa Tuhan akan menyelesaikan masalah kita sesuai dengan kemurahanNya. Jika ini merupakan suatu teguran dari Tuhan, kita harus berbahagia karena Tuhan menyayangi kita dan Dia ingin kita bertumbuh dalam iman (Mazmur 5:17). Kita harus tahan uji dalam berbagai masalah, sebab tahan uji akan menghasilkan ketekunan. Ketekunan (patience (ENG) atau hupomono (GRE) ) bukanlah tindakan pasif menunggu, tapi justru daya tahan yang aktif. Iman saudara diuji melalui berbagai cobaan. Tetapi iman saudara bukan dihasilkan oleh berbagai cobaan. Iman saudara muncul dari pendengaran oleh firman Tuhan (Roma 10:17). Sekali lagi pencobaan-pencobaan tidak menghasilkan iman, tetapi jika pencobaan-pencobaan dihadapi dengan iman, maka akan menghasilkan ketekunan. Sebaliknya, jika pencobaan saudara hadapi tanpa iman dan penuh keluh kesah, maka yang akan timbul adalah kepahitan dan putus asa. Inilah mengapa Yakobus menyuruh kita untuk menganggap suatu kebahagian, karena itu adalah respon iman terhadap berbagai pencobaan.
Kemampuan untuk bertekun dalam pencobaan merupakan tanda kesempurnaan dan keutuhan anak Tuhan.
To God be the glory...
ADV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar